Laman

Senin, 25 Oktober 2010

Lima Profesi Sangat Mengerikan

Profesi ini tidak saja membutuhkan kemampuan, namun juga keberanian ekstra bagi peminatnya

Di hampir semua profesi, bekerja memang melelahkan, bikin stres, dan terkadang membosankan, apalagi dengan gaji rendah. Namun, tidak sedikit di antara kita yang memilih menikmati situasi itu ketimbang berkecimpung di profesi yang menakutkan.

Menawarkan tantangan yang tidak biasa, profesi yang demikian tidak cocok bagi mereka yang takut mati, merasa ngeri di tengah kegelapan maupun yang merasa seram melihat mayat.

Seorang produser CNBC, Paul Toscano, mencatat sedikitnya ada lima lahan pekerjaaan yang membutuhkan tidak saja kemampuan, namun juga keberanian ekstra bagi peminatnya. Itulah sebabnya kelima bidang pekerjaan ini tidak populer dilakoni banyak orang.

Berikut ini daftar lima profesi yang menakutkan bagi kebanyakan orang, setidaknya di Amerika Serikat, yang disusun Toscano berdasarkan sumber dari laman CareerCast.com.


1. Entomolog Forensik
Profesi ini, menurut Toscano, mempelajari serangga dan biologi arthropod untuk keperluan penyelidikan polisi atas kasus kriminal - baik itu investigasi kematian hingga mendeteksi narkoba dan racun.

Pengelola CareerCast.com, Tony Lee, mengungkapkan bahwa entomolog forensik biasanya mencari serangga yang berada di dalam mayat manusia, misalnya belatung dan lalat. Dengan penemuan serangga seperti itu, entomolog forensik bisa memperkirakan waktu atau tempat di mana korban mati secara tidak wajar.

Profesi ini tidak cocok bagi penderita necrophobia (takut dengan jenazah), entomophobia (takut dengan serangga), atau hemophobia (takut melihat darah). Bagi Careercast.com, entomolog forensik patut masuk peringkat pertama sebagai pekerjaan yang paling mengerikan, bukan karena bahayanya, melainkan terkait dengan hal-hal yang ditakuti banyak orang.


2. Pekerja tambang

Mereka biasa bekerja ratusan meter di bawah tanah dan berisiko terkubur hidup-hidup bila jalur keluar-masuk ke permukaan tanah tertutup longsor. Insiden ini sering terjadi di mancanegara.

Publik pun masih teringat dengan terkuburnya 33 pekerja tambang di Chile. Sejak 5 Agustus lalu, mereka terkubur selama 69 hari di bawah tanah dengan kedalaman 700 meter. Beruntung, mereka semua bisa selamat.

Tempat kerja para penambang pun sangat berbahaya. Mereka harus terbiasa berdekatan dengan bahan peledak, alat-alat berat dan berada di ruangan gelap yang sempit dan memiliki persediaan udara yang tipis.

Itulah sebabnya profesi penambang tidak cocok dilakoni oleh mereka yang takut berada di ruang yang sempit (claustrophobia), maupun penderita achluophobia (takut di dalam gelap), maupun mysophobia (takut dengan kuman atau kotoran).


3. Teknisi menara pemancar

Profesi ini dianggap lebih mengerikan ketimbang pembersih jendela gedung pencakar langit. Baru-baru ini ada tayangan rekaman video yang menunjukkan seorang teknisi dengan lincahnya memanjat suatu menara pemancar setinggi 1763 kaki (537,4 meter) di AS.

Menara pemancar tertinggi di AS adalah milik stasiun televisi KVLY-TV di North Dakota, yaitu setinggi 2.063 kaki (628,8 meter). Menara-menara itu butuh perawatan manual. Maka para teknisi pun harus memanjatnya.

Mereka yang mengalami acrophobia (takut di ketinggian) dan astraphobia (takut disambar petir) tidak akan coba-coba melamar jadi teknisi menara pemancar.


4. Penjinak bom

Film terbaik Festival Oscar 2010, "The Hurt Locker," cukup perinci menggambar betapa berbahayanya menjadi penjinak bom. Sedikit kesalahan membuat nyawa penjinak bom melayang, dan jarang sekali ada yang selamat dalam keadaan organ-organ tubuh tetap utuh walau sudah diperlengkapi dengan alat pengaman.

Bahkan penjinak bom bisa membahayakan nyawa orang lain bila mereka gagal mematikan alat peledak atau salah potong kabel pada detektor. Itulah sebabnya, penjinak bom termasuk profesi yang tidak populer. Selain dituntut sangat ahli dan telaten, penjinak bom juga harus mengandalkan intuisi yang tepat berdasarkan pengalaman dia sebelumnya atau orang lain, dan tidak bisa berlama-lama bila dia menghadapi bom waktu.

Profesi ini tidak cocok bagi pengidap nucleomitiphobia (takut dengan bom nuklir) dan thanatophobia (belum bertindak sudah takut mati).


5. Epidemiolog Lapangan

Pelaku profesi ini sudah paham dengan epidemiologi, yaitu suatu studi yang mempelajari penyebaran wabah penyakit yang berbahaya dan bagaimana pencegahan dan pengobatannya. Petugas epidemiolog lapangan ini lebih berisiko ketimbang pekerja medis tradisional, karena mereka harus berada di wilayah wabah dan berhubungan langsung dengan para penderita atau pihak yang dicurigai telah tertular suatu virus yang berbahaya.

Pada kasus-kasus tertentu, mereka diperlengkapi dengan perlindungan diri, mulai dari masker biasa hingga jubah khusus. Ini untuk menghidari risiko tertular penyakit yang mematikan.

Mereka sangat berjasa untuk mendapat keterangan pertama dari penderita sambil menyelidiki sumber penyebaran wabah penyakit.

Kelima profesi mengerikan itu memiliki tantangan masing-masing. Jadi, silakan pilih salah satu yang Anda minati. (ywn)
VIVAnews - SENIN, 25 OKTOBER 2010, 00:01 WIB Renne R.A Kawilarang

Minggu, 24 Oktober 2010

Bangsawan Inggris yang Pertama Kali Naik Haji

Lady Evelyn: Bangsawan Inggris yang Pertama Kali Naik Haji


Pada musim haji tahun 1933 silam, menyimpan cerita tersendiri bagi masyarakat Kota Suffolk, Inggris, khususnya umat Islam. Sebab, pada tahun itu, salah seorang penduduknya pergi ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Hebatnya lagi, ia adalah seorang perempuan. Namanya adalah Lady Evelyn Zainab Murray Cobbold. Konon, dialah Muslimah pertama aslI Inggris yang menunaikan ibadah haji. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk kepercayaan Anglikan, berita kepergian Evelyn Cobbold ke Makkah itu membuat kaget masyarakat Inggris, terutama penduduk Kota Suffolk.

Mengingat Evelyn Cobbold berasal dari keluarga bangsawan Suffolk yang paling berpengaruh. Karuan saja, kabar tersebut menghiasi pemberitaan media-media di Inggris saat itu. Sejumlah media bahkan menempatkannya sebagai headline di halaman depan.

Laman Wikipedia menyebutkan bahwa Lady Evelyn merupakan putri tertua dari pasangan Charles Adolphus Murray-Earl of Dunmore ketujuh-dan Lady Gertrude Coke-yang merupakan putri dari Earl of Leicester kedua. Perempuan yang lahir di Edinburgh pada 1867 ini, disebut-sebut masih keturunan dari Pangeran William I Inggris, yang juga dikenal sebagai William Sang Penakluk dan William dari Normandia.

Dalam tulisannya yang bertajuk "From Suffolk to Saudi", editor berita BBC Suffolk, Lis Henderson, mengungkapkan bahwa Lady Evelyn memutuskan untuk memeluk Islam pada akhir 1800-an atau menjelang abad ke-19. Di usia kanak-kanak, ia sudah mempelajari berbagai macam keyakinan. Sewaktu kecil, ia kerap menghabiskan liburan musim dinginnya dengan mengunjungi wilayah Afrika Utara. Di benua hitam inilah Evelyn tertarik dengan Islam.

Lady Evelyn menikah dengan salah seorang anggota keluarga Cobbold, John Dupius Cobbold, pada 1891. Di negeri Inggris, keluarga Cobbold dikenal luas sebagai pendiri Cobbold Brewery, industri pembuatan bir. Namun, pernikahannya dengan John Cobbold hanya bertahan selama tiga dasawarsa. Pada 1922, pasangan ini memutuskan untuk berpisah.

Obat pelipur lara
Kandasnya bahtera rumah tangga yang telah dibinanya selama 31 tahun membuat Lady Evelyn mengalami kesedihan yang teramat dalam. Berbagai usaha telah ditempuhnya untuk menghapus kesedihan tersebut, tetapi tidak juga berhasil. Hingga akhirnya, ia pun memutuskan untuk pergi ke Afrika. Di benua hitam ini, ia menemukan obat pelipur laranya tersebut, yaitu agama Islam.

Dalam buku Islam Our Choice, bangsawan asal Suffolk ini mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui secara pasti kapan dia mendapatkan hidayah tersebut. "Saya merasa kalau saya selamanya sebagai seorang Muslim. Ini tidaklah aneh, bila mengingat Islam adalah agama fitrah, di mana seorang anak dibiarkan tumbuh menurut fitrahnya," ujarnya. "Karena itu, saya sependapat dengan perkataan seorang sarjana Barat bahwa Islam adalah agama rasional dan sesuai dengan akal sehat manusia."

Ia mengakui, makin banyak mempelajari dan membaca literatur tentang agama Islam, semakin bertambah pula keyakinannya akan keistimewaan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini dibandingkan agama lainnya. Menurutnya, Islam adalah agama yang paling sesuai dengan kehidupan dan segala problematikanya. Ia juga menegaskan, Islam adalah agama yang paling mampu menyelesaikan segala kesulitan dan kepincangan di dunia ini, serta yang dapat membawa manusia pada perdamaian dan kebahagiaan.

"Saya sudah tidak ragu bahwa Allah adalah tunggal. Dan Musa, Isa, Muhammad, serta banyak nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum mereka adalah nabi dan rasul yang mendapatkan wahyu dari Allah, Tuhan mereka. Setiap umat diutus Allah kepadanya seorang rasul. Kita terlahir ke dunia ini tidak membawa dosa asal, karenanya kita tidak membutuhkan orang lain untuk menanggung atau menebus dosa kita," paparnya.

Lady Evelyn menambahkan, Islam identik dengan kedamaian. Muslim adalah seorang yang harmonis dalam melaksanakan ajaran Pemilik dan Pencipta Alam ini. Di samping itu, seorang Muslim adalah orang yang hidup damai dengan Allah dan hidup damai pula dengan makhluk ciptaan Allah.

Wanita Inggris Pertama Menjadi Hajah

Pada April 1933, ia berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Ia menjadi wanita Inggris pertama yang melakukan perjalanan ibadah haji. Saat menunaikan haji, usianya terbilang lanjut, 65 tahun. Lady Evelyn mengakui, ibadah haji memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. Ia pun merasa takjub dengan ritual ibadah rukun Islam ini.

"Bayangkan! Seseorang menceburkan diri ke dalam kelompok manusia yang begitu besar dengan jumlahnya mencapai jutaan orang, dan datang dari segenap penjuru dunia untuk melakukan ibadah suci di tempat yang suci. Mereka meleburkan diri ke dalam kelompok manusia, lalu dengan segala kerendahan hati, khusyuk, dan tunduk bersama-sama memuji, membesarkan, dan menyucikan Allah," ujarnya.

Mengunjungi negeri tempat awal munculnya agama Islam dan menyaksikan tempat-tempat bersejarah dalam perjuangan Rasulullah SAW, menjadi pengalaman yang hebat sepanjang hidupnya. "Dari pengalaman ini, saya terdorong untuk mencontoh kehidupan Rasulullah," paparnya.

Ia juga melihat ibadah haji sebagai sarana untuk memperkokoh rasa persaudaraan di kalangan kaum Muslimin di seluruh dunia. Perbedaan warna kulit dan jarak antara satu dan yang lain tidak menjadi penghalang. Segala perbedaan kesukuan dan mazhab dikesampingkan pada saat itu. "Kesatuan akidah umat Islam telah menjadi persaudaraan yang kokoh kuat, persaudaraan yang telah memberikan inspirasi kepada mereka untuk dapat mewarisi kebesaran nenek moyang mereka," tukasnya.

Pengalamannya selama menunaikan haji ini, kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul Pilgrimage to Mecca. Buku ini dirilis pertama kali pada 1934. Seiring perjalanan waktu dan usia yang cukup lanjut, perempuan bangsawan kerajaan Inggris ini akhirnya wafat pada Januari 1963.

Red: Budi Raharjo
Rep: Oleh Nidia Zuraya


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Senin, 18 Oktober 2010, 11:28 WIB

Perintis dan Penyebar Islam di Liverpool

William Abdullah Quilliam: Perintis dan Penyebar Islam di Liverpool


Agama Islam di Inggris telah ada sejak beberapa abad silam. Karenanya, tak heran bila agama yang dibawa Rasulullah SAW mendapat tempat di hati warga Inggris. Sejumlah tempat ibadah pun akhirnya berhasil didirikan.

Namun, belakangan ini, seiring dengan gencarnya phobia terhadap umat Islam, agama yang mulia ini kerap dijadikan bahan ledekan oleh mereka yang tak memahami Islam. Walau begitu, hal tersebut tak menyurutkan niat seseorang yang diberi hidayah Allah untuk terus menyuarakan Islam.

Pada pertengahan abad ke-19, seorang tokoh kenamaan Inggris mencoba memahami Islam. Dan akhirnya, ia pun menemukan kedamaian di dalamnya. Bertempat di sebuah bangunan yang kini sudah tampak kusam. Bahkan, harian The Independent di Inggris, pernah memuat tulisan berjudul "Forgotten Champion of Islam: One Man and His Mosque" yang ada pada edisi 2 Agustus 2007.

Bangunan yang terletak di kawasan Brougham Terrace No 8, West Derby Street, Liverpool, Inggris tak ubahnya seperti sebuah rumah hancur. Demikian tulis harian The Independent.

Bangunan bercat putih kusam dengan bagian pintu depan yang terlihat reyot dan pintu belakang yang penuh dengan coretan grafiti serta sarang burung dara yang menghiasi bagian atap bangunan dan jamur yang melekat di hampir seluruh permukaan dinding ini menyimpan cerita panjang mengenai Islam di negeri Ratu Elizabeth II ini.

Bangunan yang menjadi saksi bisu sejarah perkembangan Islam di Inggris pada abad ke-19 dan 20 Masehi ini adalah milik William Henry Quilliam. Komunitas Muslim di kota Liverpool sudah sepantasnya berterima kasih kepada William.

Berkat jasanya, syiar Islam bisa merambah ke kota yang terletak di bagian barat laut Inggris. Dan, masyarakat Muslim di sana bisa menjalankan ibadah dan berbagai kegiatan lainnya secara bersama di sebuah bangunan yang memadai.

Pada awalnya, tepatnya pada 1889, bangunan milik William ini difungsikan sebagai Islamic center dengan nama Liverpool Muslim Institute. Namun, dalam perkembangan berikutnya, bangunan Liverpool Muslim Institute ini juga difungsikan sebagai masjid dan sekolah bagi komunitas Muslim Liverpool. Sejarah mencatat, ini merupakan bangunan masjid dan Islamic center pertama yang didirikan di Inggris.

Siapa sebenarnya sosok William Henry Quilliam ini? Laman Wikipedia menyebutkan bahwa pria kelahiran Liverpool, 10 April 1856 ini berasal dari keluarga kaya raya. Ayahnya, Robert Quilliam, adalah seorang pembuat jam. Sejak kecil William sudah mendapatkan pendidikan yang memadai. Oleh kedua orang tuanya ia disekolahkan di Liverpool Institute dan King William's College. Di kedua lembaga pendidikan ini, ia mempelajari bidang hukum. Pada 1878, William memulai kariernya sebagai seorang pengacara.

William tumbuh dan dibesarkan sebagai seorang Kristen. Agama Islam baru dikenalnya ketika ia mengunjungi wilayah Perancis selatan pada 1882. Sejak saat itu, ia mulai banyak mempelajari mengenai Islam dan ajarannya. Ketertarikannya terhadap Islam semakin bertambah manakala ia berkunjung ke Aljazair dan Tunisia.

Berdakwah
Pada 1887, sekembalinya dari mengunjungi Maroko, William merealisasikan keinginannya untuk berpindah keyakinan ke agama Islam. Setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Abdullah Quilliam. Dengan menyandang nama baru ini, William gencar mempromosikan ajaran Islam kepada masyarakat Liverpool.

Untuk mendukung syiar Islam di kota Liverpool, ia berinisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga khusus bagi orang-orang yang ingin mengetahui dan belajar tentang Islam. Maka, pada 1889, ia pun mendirikan Liverpool Muslim Institute. Guna menarik minat warga kota Liverpool, lembaga yang didirikannya ini tetap buka pada saat hari Natal.

Tak hanya sebatas menjadi pusat informasi Islam. Abdullah kemudian memfungsikan bangunan Liverpool Muslim Institute menjadi tempat beribadah bagi komunitas Muslim Liverpool. Bangunan Masjid Liverpool Muslim Institute ini mampu menampung sekitar seratus orang jamaah.

Pendirian masjid ini kemudian diikuti oleh berdirinya sebuah perguruan tinggi Islam di kota Liverpool dan sebuah panti asuhan bernama Madina House. Sebagai pimpinan perguruan tinggi Islam, Abdullah menunjuk Haschem Wilde dan Nasrullah Warren.

Meski berstatus sebagai lembaga pendidikan Islam, perguruan tinggi yang didirikan William ini tidak hanya menerima murid dari kalangan keluarga Muslim saja. Murid dari keluarga non-Muslim pun diperbolehkan untuk belajar di sana. Guna menarik minat warga non-Muslim untuk mempelajari Islam, pihak pengelola kerap menyelenggarakan acara debat mingguan dan komunitas sastra.

William yang sejak muda dikenal aktif sebagai penulis sastra ini berupaya menarik simpati masyarakat non-Muslim di Liverpool melalui karya-karya sastranya. Upaya-upaya yang ditempuhnya untuk menyebarluaskan ajaran Islam melalui karya sastra dan lembaga-lembaga amal yang didirikannya itu berbuah manis. Dalam rentang waktu sepuluh tahun berdakwah, ia berhasil mengislamkan lebih dari 150 warga asli Inggris, baik dari kalangan ilmuwan, intelektual, maupun para pemuka masyarakat.

Bahkan, ibunya sendiri yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai seorang aktivis Kristen tertarik untuk masuk Islam setelah membaca tulisan-tulisannya.

Berbagai tulisannya mengenai Islam ini ia terbitkan melalui media mingguan The Islamic Riview dan The Crescent yang terbit dari 1893 hingga 1908. Keduanya beredar luas secara internasional. Harian The Independent menulis bahwa William memanfaatkan ruang bawah tanah masjid sebagai tempat untuk mencetak karya-karya tulisnya.

Disamping itu, ia juga menerbitkan tiga edisi buku dengan judul The Faith of Islam pada 1899. Bukunya ini sudah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa dunia. Ratu Victoria dan penguasa Mesir termasuk di antara tokoh dunia yang pernah membaca bukunya ini.

Berkat The Faith of Islam, dalam waktu singkat nama Abdullah Quilliam dikenal luas di seluruh negeri-negeri Muslim. Berkat bukunya ini juga ia kemudian banyak menjalin hubungan dengan komunitas Muslim di Afrika Barat.

Berkat karyanya ini pula, ia mampu menerima berbagai penghargaan dari para pemimpin dunia Islam. Dia mendapatkan gelar Syekh al-Islam dari Sultan Ottoman (Turki Usmani), Abdul Hamid II pada 1894 dan diangkat sebagai atase khusus negeri Persia untuk Liverpool.

Ia juga mendapat sejumlah hadiah berupa uang dari pemimpin Afghanistan. Uang tersebut ia gunakan untuk mendanai perguruan tinggi Islam miliknya di Liverpool.

Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Senin, 25 Oktober 2010, 09:51 WIB

Jumat, 22 Oktober 2010

Idealisme Profesi Guru sebagai "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa"

@Misbahul Munir Tongas: Tugas Guru adalah mendidik murid sampai berhasil.....bukan sekedar datang , ngajar, pulang.
@Ridho Abu Hibban: berat juga jadi guru...klo ga bisa mengkawal muridnya menjadi manusia yang sukses dunia akhirat...apalagi pengaruh kapitalisme..profesi guru sangat menjanjikan...buat mendulang dolar dari school of business... inilah tantangan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa...
tapi guru juga manusia...terutama guru swasta...di madrasah lagi...mereka juga butuh apresiasi yang layak untuk kebutuhannya...dulu tahun 80-an emang ada umar bakri ke sekolah pake sepeda ontel..tapi lain sekarang guru kesekolah pake sepeda motor yang cicilannya perbulan paling murah 400rb-an n buat uang muka aja masih nyicil juga sekitar 100rb/bln...laa klo ada guru masih pake sepeda ontel / HRnya habis buat nyicil sepeda motor / honornya dibawah buat cicilan / hanya dapat TF yang dari depag / yang lain sbgx...apa qta mo nutup mata dengan keterbatasan finansial guru swasta indonesia ini...
@Marlise Iche Syahri: Wktu saya SMU, almarhum kep.sekolah, naik angkot pdhl dpt jath mobil, tetapi beliau tdk mpergunakannya malah d peruntkan bg siswa utk sarana kperluan organisasi2 sekolah yg menunjang. Wktu itu aja wakil kepsek nya ja pake BMW n guru lain nya minimal pake motor. Wktu saya SMU bkn zaman nya umar bakri. Ksederhanaan beliau mbt km n para guru bgitu menghormati beliau.
@Ridho Abu Hibban:@ MI Syahri: oy qta pny kesamaan...kepala sekolahq masih hidup mba'...beliau temanq juga...ada banyak yg q ambil hikmah dari kebijakannya dalam memimipin...sejak beliau diangkat menjadi kepala sekolah tidak pernah mengambil honor sampai sekarang..honornya dihibahkan ke lembaga utk dimanfaatkan...th2004 da pengangkatan guru kontrak beliau mendahulukan teman2...th2006 da pengajuan portofolio sertifikasi beliau jg mendahulukan teman2...th2009 da beasiswa S2 utk guru masih juga mendahulukan aq...klo PNS udah ga teritung teman2 yg beliau dahulukan...tapi sampe sekarang beliau tidak patah semangat untuk memajukan lembaga kami serta mengayomi kami...menurutq ini patut dicontoh oleh para pemimipin bangsa yg selalu mendahulukan kepentingan pribadinya daripada kepentingan rakyatnya yang kelaparan.
posting from facebook

Kamis, 21 Oktober 2010

Ku Lihat Jabal Uhud di Surga

Jabal Uhud, termasuk salah satu bukit yang sangat memiliki nilai sejarah penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum musyrikin Kota Makkah.

Kisah pilu ini, digambarkan oleh Rasul dengan menyebut bukit ini sebagai bukit yang nantinya akan bisa dilihat di Surga. Jadi, umat Islam yang kini akan melaksanakan ibadah haji dan menyempatkan diri untuk berziarah ke Bukit Uhud, insya Allah saat berada di Surga juga akan menyaksikan kembali bukit ini.

Kepiluan Nabi Muhammad di Bukit Uhud, tak lepas dari kisah pertempuran yang terjadi di kawasan ini. Dalam pertempuran itu, ratusan sahabat nabi gugur. Termasuk juga paman Rasul, Hamzah bin Abdul Muthalib, gugur dan dimakamkan di bukit ini.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW mengatakan, kaum Muslimin yang gugur dan dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada pada burung hijau yang melintasi sungai Surgawi. Burung-burung itu memakan makanan dari buah-buahan yang ada di taman surga, dan tak akan pernah kehabisan makanan.

Di kawasan Uhud itu, pertempuran spiritual dan politik dalam arti sebenarnya memang terjadi. Ketika itu, pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan kawasan perbukitan yang mengelilinginya, maka orang bisa membayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu.

Perang di kawasan Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka berencana menyerbu umat Islam yang ada di Madinah. Peristiwanya terjadi pada 15 Syawal 3 H, atau sekitar bulan Maret 625.

Menghadapi rencana penyerbuan tersebut, Rasulullah memerintahkan barisan pasukan Muslimin menyongsong kaum kafir itu di luar Kota Madinah. Strategi pun disusun. Sebanyak 50 pasukan pemanah, oleh Rasulullah yang memimpin langsung pasukannya, ditempatkan di atas Jabal Uhud. Mereka diperintahkan menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan lainnya, menunggu di celah bukit.

Maka, perang antara pasukan kaum Muslimin yang berjumlah 700 orang melawan kaum musyrikin Makkah yang berjumlah 3.000 orang, akhirnya berkobar. Dalam perang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang.

Namun, kemanangan tersebut berbalik menjadi kisah pilu, karena pasukan pemanah kaum Muslimin yang tadinya ditempatkan di Bukit Uhud, tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri. Melihat kaum musyrikin melarikan diri dan barang bawaannya tergeletak di lembah Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posnya dengan menuruni bukit. Padahal, sebelumnya Nabi Muhammad SAW telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan Bukit Uhud, walau apa pun yang terjadi.

Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh panglima kaum musyrikin, Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) untuk menggerakkan kembali tentaranya guna menyerang umat Islam. Khalid bin Walid ini, sebelumnya memang digambarkan sebagai seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda.

Akibat serangan balik tersebut, umat Islam mengalami kekalahan tidak sedikit. Sebanyak 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada. Termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Nabi SAW sangat bersedih atas kematian pamannya tersebut.

Kematian paman nabi ini, akibat ulah Hindun binti Utbah, istri seoran kaum musyrikin, yang mengupah Wahsyi Alhabsyi, seorang budak, untuk membunuh Hamzah. Tindakan balas dendam dilakukan Hindun, karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah dalam Perang Badar. Wahsyi dijanjikan akan mendapat kemerdekaan bila dapat membunuh Hamzah dalam peperangan ini.

Dalam pertempuran itu, Nabi Muhammad SAW juga mengalami luka-luka yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung Rasulullah, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.

Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar para sahabatnya yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini, akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.

Adapun Sayidina Hamzah bin Abdul Muthalib, dishalatkan sebanyak 70 kali. Beliau pun dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi (sepupu Nabi) di lokasi terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Namun demikian, ziarah ke Jabal Uhud telah menjadi menu penting bagi segenap jamaah haji/umrah, ketika berada di Kota Suci Madinah. Dari manapun mereka berasal, mereka bisanya akan berusaha berziarah ke kompleks makam tersebut.

Seperti yang dikisahkan, lantaran kecintaan Rasulullah kepada para syuhada Uhud, beliau senantiasa berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Langkah beliau kemudian juga diikuti oleh beberapa sahabat sesudah Rasul wafat. Bahkan, dikisahkan bahwa Umar dan Abubakar, juga selalu mengingatkan Rasul jika perjalanannya telah mendekati Uhud.

Bukit Uhud tersebut, bila dilihat dari kejauhan berwarna agak kemerahan dan terpisah dari bukit-bukit lainnya. Jabal ini merupakan bukit terbesar di Madinah yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat Kota Madinah. Ketinggian buktik, sekitar 1.050 meter.

Bentuk Jabal Uhud, seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Sementara umumnya bukit di Madinah, berbentuk sambung menyambung. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya 'bukit menyendiri'.

Sebelum dibangun jalan baru yang menghubungkan Kota Makkah dan Madinah oleh pemerintah Kerajaan Saudi, Jabal Uhud selalu dilewati oleh jamaah yang hendak menuju Madinah maupun yang menuju Makkah. Letaknya memang di pinggir jalan raya menuju kedua kota itu.

Namun, sejak tahun 1984, perjalanan jamaah haji dari Makkah ke Madinah atau dari Madinah ke Jeddah, tidak lagi melalui jalan lama tersebut. Melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir jabal.

by http://www.republika.co.id/

Sabtu, 02 Oktober 2010

Keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah

Jika Anda berdua saling mengasihi,tetapi masih sering bertengkar,janganlah berkecil hati.

Dua jiwa yang sudah mapan,membutuhkan pengikisan pada sudut-sudut sikap dan perilaku masing-masing yang belum pas. Dan itu akan membutuhkan waktu.

Tetapi, jika Anda bersabar,kebersamaan Anda akan menjadi sangat indah.

Pertengkaran antara sepasang jiwa yang saling mengasihi adalah peremajaan kasih sayang.

by. Mario Teguh